1. Al’awam bin Hausyab menceritakan pengalamannya, “Aku pernah singgah di suatu kampung yang dipinggirannya terdapat kuburan. Pada sore harinya setelah waktu ashar terbukalah salah satu kuburan yang ada disitu, lalu muncullah dalamnya seorang laki-laki yang berkepala keledai dan bertubuh manusisa, kemudian mengerluarkan suara ringkikan sebanyak 3 kali, lalu kuburan itu menutup kembali. Kemudian kau bertanya perihal kejadian ini kepada yang tahu, maka ia menjawab, bahwa laki-laki itu suka minum tuak, jika pulang kerumahnya, ibunya selalu mengomelinya dan berkata kepadanya, “Takutlah kamu kepada Alloh, hai anakku!” tetapi anaknya itu menjawab, “Engkau ini kerjanya hanya mengomel saja seperti suara keledai.” Tidak lama kemudian lelaki itu mati sesudah waktu ashar. Maka kuburannya selalu terbuka setiap harinya sesudah waktu ashar dan mengeluarkannya untuk meringkik seperti suara keledai sebanyak 3 kali. Lalu kuburnya menutup kembali sesudahnya. (Syarhush Shudur 23, Ahwaalul Qubur 112, dan Ar Ruuh 120)
2. Seorang laki-laki penduduk Madinah mempunyai saudara perempuan kemudian perempuan itu meninggal dunia. Maka laki-laki itu mengurus dan mengusung jenazahnya ke kuburan. Ketika jenazah perempuan itu selesai di kuburkan, kemudian ia kembali ke keluarganya, ia ingat bahwa dirinya lupa kantong yang dibawanya dan ikut terkubur. Maka ia minta bantuan kepada seorang temannya untuk menggali kuburan tersebut. Setelah menemukan kembali kantongnya, ia berkata kepada temannya, “minggirlah kamu, aku akan melihat keadaan yang dialami oleh saudariku di dalam kuburnya!” kemudian ia mengangkat sebagai batu bata yang menutupi liang lahat jenazah, tiba-tiba ada api yang menyala dalam liang lahatnya, maka ia pun segera menutupnya kembali, lalu ia kembali kepada ibunya untuk menanyakan tentang perbuatan saudarinya itu, maka sang Ibu menjawab, “saudarimu itu suka mengakhirkan shalat, tak mengerjakannya dengan wudlu dan suka masuk rumah tetangga bila sedang dari waktunya, dan menurut sepengetahuanku jika shalat tidak pernah wudlu, lalu ia sering mengintip ruamh tetangganya dan mencuri dengar pembicaraan mereka lalu menyiarkannya (Ahwaalul Qubur 113, Ar Ruuh 120, dan Syarhush Shudur 239)
3. Pernah ditanyakan kepada tukang gali kubur yang sudah bertaubat, “Apakah yang menyebabkan kamu bertaubat?” ia menjawab, “Sebagian besar jenazah yang kugali , kulihat wajahnya dipalingkan dari arah kiblat.”(Ar Ruuh 122)
4. Telah meniggal dunia anak perempuan seorang laki-laki kemudian laki-laki itu turun ke liang kubur untuk membetulkan tatabannya, maka tiba-tiba jenazah anak perempuan itu telah dipaligkan dari arah kiblat. Akhirnya ia sangat gelisah dan cemas melihat kejadian tersebut. Pada malam harinya ia bermimpi bertemu dengan anak perempuannya itu yang mengatakan kepadanya, bahwa sebagian besar ahli kubur yang ada di sekitarnya telah dipalingkan dari arah kiblat. Menurutnya seakan-akan anak perempuannya itu bermaksud bahawa mereka yang demikian itu adalah orang-orang yang mati daam keadaan membawa dosa-dosa besarnya. (Ar Ruuh 123, Ahwaalul Qubur 116)
5. Ibnu Adud Dunya telah menceritakan kisah berikut dari Hisyam bin’Urwah dari Ayahnya yang telah mengatakan, “Ketiak seorang pengendara berada di tengah jalan antara Mekkah dan Madinah melewati pekuburan, tiba-tiba seorang laki-laki keluar dari kuburan itu sambil dalam keadaan tubuh yang terbakar oleh api sedang tangannya dibelenggu dengan belenggu besi kemudian ia berkata: “ Hai Hamba Alloh , jangan kau sirami dia, hai hamba Alloh jangan kau sirami dia!” Akhirnya pengendara itu pingsan karena ketakutan, dan pada pagi harinya lelaki itu menjumpai dirinya telah berubah rambutnya menjadi putih semua. Ketika peristiwa itu diceritakan kepada khalifah ‘Utsman maka ia melarang seseorang bepergian sendirian tanpa teman. (Ahwaalul Qubur 111, dan Syarhush Shudur 219)
6. Seorang penggali kuburan yang sudah bertaubat ditanya, pengalaman apakah yang paling aneh selama engkau berprofesi sebagai tukang gali kubur? Ia menjawab, “Aku pernahmenggali jenazah seorang laki-laki, maka aku lihat sekujur tubuhnya penuh dengan paku, dan ada paku besar yang menancap di kapalanya dan yang lainnya pada kedua kakinya.’’ (Ar Ruuh 122, Ahwaalul Qubur 116, dan Ayarhush Shudur 232)
7. Seorang penggali kuburan ketika ditanya, “pengalaman apakah yang paling aneh anda lihat dalam kuburan? “ ia menjawab,” AKu oernah melihat tengkorak manusia penuh berisikan cairan timah.” (Ar Ruuh 122, dan Syarhush Shudur 232)
8. Seorang yang shalih berama Al walid bin ‘Ustman menceritakan pengalamnnya, bahwa disuatu hari datanglah kepada kami dari Asbania (Spanyol) seorang laki-laki berkulit hitam. Kemudian ia bermukim di masjid tempatku berada, setelah itu ia pindah ke tempat lain karena suatu oenyakit yang dideritanya. Ia menyewa tempat di dapur pembuatan roti yang ia bayar denagn kayu bakar secara sukarela. Selang beberapa waktu ia meninggal dunia kemudian jenazahnya kupindahkan ke rumahku untuk dimandikan . ketika aku buka selimut yang menutupi mukanya berubah menjadi putih bercahaya menyerupai bulan purnama. Warna putih itu merata ke seluruh muka serta lehernya meskipun tidak sampai ke badannya. Karena itu aku sangat kagum bercampur kaget ketika melihatnya, lalu segera aku tutup kembali mukanya dengan kain selimut yang menutupi wajahnya, mereka akgum dengan ketampanan dan warna kulitnya yang berubah menjadi putih meskipun seluruh tubuhnya tetap hitamm seperti semula. Berita mengenainya tersebar begitu cepat, maka semua orang datang berduyun-duyun untuk menyaksikannya, hingga kami tak menguburkannya kecuali saat malam akan tiba, karena kerandanya terus dikerumuni oleh orang-orang yang ingin melihat jenazahanya. Semoga Alloh merahmatinya, kisah ini diceritakan oleh Ibnu Mughits dalam kitab Al Tahajjud, begitu pula ulama lainnya.
9. Dalam kitab Jami’ut Turmudzi pada Hadits Shuhaib yang derajatnya marfu’ diceritakan kisah tentang Ash-habul Ukhdud. Shuhaib menceritakan pengalamannya bahwa adapaun pemuda itu yang dikeluarkan di masa pemerintahan khalifah ‘Umar Ibnul Khatab ternyata masih dalam keadaan utuh sedang jari tangannya menutupi pelipisnya yang terluka seperti dalam posisi saat ia di bunuh di masa silam (sesudah zaman Nabi Isa as) (Tuhfatul Ahwadzi syarah Jami’ut Turmudzi, tafsir surah Al Buruj 9/186)
0 komentar:
Posting Komentar