Ruangan ini begitu sempit
Ruang yang selalu dihujani oleh embun dari asap rokokmu
Ruang terpahit, sepahit kopi yang selalu kau teguk tanpa gula
Ruangan dimana kita bercinta tanpa Cinta
tanpa pikiran, tanpa perhitungan, tanpa masa depan
tapi di ruangan ini, aku seolah kau perjuangkan.
Jelita masih gadis, masih belasan
masih belasan juga mengenal laki-laki yang murahan
mengobral janji lalu putus dan dibuang
Jelita tak pernah lama mempertahankan lelaki seperti itu
Jelita cukup perih dengan luka saat 17 tahunnya
dihujam dalam-dalam tepat dikemaluannya
ini adalah pemerkosaan, pemerkosaan batin dan masa depan
bagaimana dengan suaminya nanti?
Jelita hampir saja meludahi Tuhannya
"Tuhan, mengapa aku tercipta sebagai wanita?"
teriaknya!!!...
saat itu ia jauh, Tuhannya adalah bir dan asap rokok
yang selalu dia sembah dengan segenap perih
dihirup dan dihempas
hanya bisa memegangi lubang yang terasa menganga dihatinya
sedikit ia lihat dicermin, ternyata memang sudah tak utuh
bisakah dijahit? atau merapat lagi...
tidak jelita, semuanya telah terjadi...
jalanmu sudah mengangkang sekarang, tidak lagi Ayu ataupun menawan.
sepanjang jalan adalah ingatan
malam tak pernah mau tahu tentang siapa yang tak tertidur
dan malam pun tak pernah bisa membangunkan siapapun yang tertidur nyenyak
derita adalah selimut terhangat, Jelita tak bisa ceria lagi mengejar cinta.
adalah Dimas, lelaki gagah yang berenang dilautan darahnya
dia bilang akan membantu Jelita merangkak dan berjalan
setelah tetesan darahnya yang pertama jatuh ke bumi yang hina
"Ah ... tidak mungkin!!!"
"percayalah Jelita, aku akan menyelamatkanmu dari semua ini, aku akan mencintaimu apa adanya, setulusnya, tanpa melihat siapa dirimu"
"bohong!!!!'
"sumpah demi Tuhan"
"pergi kau"
"Tapi, aku cinta..."
"Bohong, pergi sana aku bukan PERAWAN!!!"
berulang kali dia meyakinkan Jelita untuk percaya sepenuhnya, tapi tak pernah sedikitpun Dimas mengikatkan sesuatu yang pantas pada Jelita, hingga akhirnya dia menghilang tanpa jejak, tanpa menyentuhnya, hanya ada selembar janji yang tertulis bahwa suatu saat jika kembali, Jelita tetap akan menjadi istrinya..
Jelita merasa dibohongi, baginya lelaki adalah sama, kesetiaan yang dia anut hanya bisa menyakiti tanpa akhir, Jelita merasa puas menjadi seorang bajingan, yang mengabdi pada kebebasan, jiwanya semakin hancur tak terselamatkan, hingga kebebasan itu menyeretnya ke ruang ini. masih ruang laki-laki , laki-laki yang sama bebasnya dan tak jauh busuk dari Jelita. Markus!!! satu nama yang digaris merahi
hingga tiba pada kebodohannya yang ke-2
dia diracun begitu jahat bersama lampion-lampion merah yang menggantung di kamarnya
seketika itu juga perasaannya menggantung
lelaki ke duanya menyulut cinta dalam-dalam di dadanya
tapi tak sedikitpun Jelita terbakar
dia hanya tertidur kosong
lalu ditunggangi hingga lubangnya semakin dalam
Jelita diperalat,
Jelita merelakan saja, karena semuanya tak ada yang berarti
termasuk dirinya dan lubang itu.
"Kau akan kunikahi, tenang saja!!!"
"Tidak, aku tak butuh lelaki sepertimu"
"Tapi aku butuh"
"Bohong!! butuh apa? butuh tunggangan??"
"Butuh segalanya sayang,.,,"
"Najis!!!"
"Kita memang najis, lalu mau apa?"
"membunuhnmu!!!"
"Aku rela, lalu mau apa? kau adalah kebebasan yang sejati, dan aku jatuh cinta pada kebebasanmu Jelita"
"Aku mau menikah dengan seseorang yang baik"
"Kau tak baik, kau sudah kutiduri"
"Aku tak peduli"
"Kalau begitu aku yang peduli, tak ku izinkan kau bahagia dengan siapapun"
"Terserah!!!"
"Aku serius, lihat saja nanti J"
bersambung....
0 komentar:
Posting Komentar