Bunga-bunga karbon yang terbang di sekeliling molekul kehidupan, mengikat oksigen pagi untuk ku hisap, aku tak mengerti seberapa lama lagi mampu bernafas dengan situasi seperti ini… “melelahkan”, terlalu meracuni semangatku untuk hidup. Jantung… aku tahu ini melelahkanmu… tak mudah mengalirkan darah dengan campuran logam pekat di saraf nadiku… percayalah aku tak akan memaksamu, jika memang tak mampu berdetak untukku, berhentilah, lepaskan nafasku sampai benar-benar beku… terimakasih atas pengabdianmu selama ini, aku tak ingin, ketika kau ditanya oleh Tuhanmu, pernyataanmu mengeluhkan sikapku yang menyakitimu… sungguh engkau berharga, jantung tak pernah lelah berdenyut disaat tak ada lagi udara yang ku dapat, dia masih menjalankan tugasnya, meski detakannya begitu lemah dan kadang terputus, aku bertasbih, mensyukuri penciptaanmu…
Sejenak pandanganku tertuju kepada langit, tampilan landscape yang berkaca-kaca,,, tak ada kejernihan lagi dimataku, hati kecilku selalu bertanya,,, apa langit baik-baik saja??? Awannya hitam ,persis seperti bola mataku… jika langit menangis tanpa henti, aku khawatir, bumi tak mampu lagi merecovery segala bentuk kerusakan dirinya…
Itu tak seberapa parah, jika dibandingkan sengatan matahari, lidah-lidahnya tajam,,, setajam perkataanmu, kadang membakar rerumputan kering di sebuah savanna, kadang membutakan mata dengan sensor ultraviolet menyilaukan, retina mataku sulit menerjemahkan input cahaya, yang masuk menuju otak. Dan kadang mampu mencairkan kutub abadi… sedingin apapun hatiku…kamu selalu menghangatkannya…
Namun, tanpa itu, bumi bisa menjadi sebuah peradaban es raksasa, tak ada cahaya, tak ada kehidupan, semuanya menjadi ungu dan biru, semuanya berkabut setebal ratusan mil menuju langit…bersinarlah selalu, tanpamu tak mungkin ada keceriaan seperti indah waktu terbitmu…
Berjanjilah, meski malam meredupkan kegagahanmu, , , beri aku pertanda hidup, atraksikan warna-warna aurora di kaki-kaki langit, sehingga pandanganku tak pernah lepas sedetik pun dari orbit tata surya ini…
Cinta mu, memiliki radiasi uranium, mampu melumpuhkan hati dan pemikiranku.. selamanya akan berbekas… sampai aku memiliki keturunan pun, tetap akan ada sisa-sisa serpihan DNA milikmu.
Librasti mizan, dalam pengaruh radiasi cinta stadium 7.
senang dengan artikel ini, seolah kata"nya berusaha merekam bentuk" emosi dalam kata" deskriptif, sehingga membawa pembacanya berfantasi tentang rasa.
BalasHapusterimakasih nizam...
BalasHapus^_^