Seperti kita ketahui banyaknya manfaat jika anak kita berani dan mandiri (baca di artikel sebelumnya), dan tapi bagaimana caranya agar anak berani dan mandiri? di tulisan ini kita coba membahas kiat melatih anak berani dan mandiri. Sebelumnya kita perlu memahami bahwa untuk melatih berani dan mandiri itu harus berjalan secara simultan, dan orang tua sebagai pelatih harus menyadari juga bahwa semuanya itu tidak bisa instan, memerlukan proses dan waktu. Nah apa yang harus dilakukan untuk melatih tersebut;
1. Menumbuhkan “basic trust”
Setiap bayi sebenarnya sudah memiliki basic trust, tetapi ketika dia balita sebaiknya orang tua sepatutnya memberikan respon positif atas kebutuhan si anak. Hal ini dapat meningkat perasaan “trust” dari si balita dan balita pun akan merasa aman juga didalam kehidupannya. Nah dengan perasaan aman/secure, balita pun akan lebih berani didalam menghadapi tantangan yang ada dihadapannya. Mandiri pun akan ikut terbentuk juga ketika menyelesaikan persoalannya.
2. Memberikan “tanggungjawab” atau kepercayaan kepada anak
Ketika kita melihat/merasa anak kita melakukan sesuatu yang kita rasa dia mampu melakukannya, sebaiknya kita memberi kesempatan kepada dia untuk melakukannya sendiri. Misal ketika dia selesai makan dan ingin meletakkan piringnya di tempat cucian, kita bisa memberi kesempatan itu kepada dia dan jangan melarangnya jika kita merasa dia mampu serta jangan terlalu risau juga (contoh takut pecah karena harganya mahal). Memberi kesempatan dan kepercayaan kepada dia seperti itu dapat membuat anak berani dan mandiri juga.
3. Memberi contoh
Anak akan selalu mencontoh, hal ini juga berlaku ketika kita ingin anak berani dan mandiri. Jika orang tua memiliki kepribadian yang tertutup misal tidak suka melakukan hal-hal yang baru, takut menghadapi tantangan sebaiknya tidak untuk terlalu mengharapkan balitanya tumbuh dengan memiliki kepribadian berani dan mandiri. Misal kita ingin anak belajar berenang sedangkan orang tua-nya sendiri takut masuk air, hal ini tentu akan menghasilkan sesuatu yang maksimal. Dengan memberi contoh yang konkret kepada anak, anak akan memahaminya dan semakin mudah dia menirunya. Namun jika orang tua tidak atau belum bisa memberi contoh yang konkret kepada anak, sebaiknya jangan menunjukkan “ketakutan” dan “ketidakmandirian” kepada si anak, baik secara langsung atau tidak langsung.
4. Jangan memaksa
Semua yang kita lakukan untuk melatih keberanian dan kemandirian anak memerlukan waktu dan proses, hal itu dapat berkembang secara perlahan sehingga jangan kita memaksa si anak untuk menguasai segala hal yang diajarkan pada saat itu juga. Misal melatih anak untuk selalu bangun tidur langsung mandi, jangan memaksa anak saat itu juga untuk menguasai hal tersebut, perlu beberapa hari hingga lancar. Orang tua selalu dampingi dan mengingatkan si anak untuk melakukan hal yang benar tersebut. Tetapi perlu diingat agar jangan terlalu sering/keras mengkritik si anak karena hal itu akan membuat nyali/keberanian si anak akan turun/down.
5. Jangan terlalu membebani
Perlu diingat bahwa tahapan yang bisa dilalui oleh si anak adalah berkembang secara bertahap, sehingga stimulus yang diberikan kepada si anak harus disesuaikan juga dengan perkembangan si anak. Jika terlalu banyak stimulus akan membuat si anak bingung dan akan kehilangan keberanian untuk melakukan sesuatu.
6. Menetapkan batasan dengan tepat
Kita tetap harus memberi batasan apa yang boleh dilakukan oleh anak kita, tetapi larang yang diberikan itu harus dapat disertai dengan alasan yang logis. Misal ketika si anak melatih keberaniannya dengan bermain di luar teras rumah, sepatutnya orang tua tidak menakut-nakuti si anak dengan hal-hal yang tidak bisa difahami/logis oleh si anak, contohnya mengatakan s anak akan diganggu hantu atau digigit anjing, dan sebagainya. Ketakutan tersebut akan ditangkap oleh otaknya sebagai kenyataan yang benar dan si anak pun akan tidak berani keluar dari teras rumahnya, akhirnya akan mempengaruhi keberanian dan kemandirian dia.
0 komentar:
Posting Komentar